KATOLIKTIMES, Kabupaten Bogor – Jaringan Gusdurian Bogor sukses menggelar diskusi bulanan pada Selasa, 11 Juni 2024, di Aula Gereja Katolik Santa Faustina, Tajur Halang.
Acara tersebut diadakan dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila, dengan tema Toleransi Sebagai Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila.
“Peringatan Hari Lahir Pancasila ini tidak banyak orang yang merayakan. Maka kita mencoba untuk menggelorakan lagi nilai-nilai Pancasila, khususnya yang berkaitan dengan toleransi. Karena di lingkungan kita saja masih banyak persoalan menyangkut hal ini,” ungkap Rizal Aris selaku Presidium Jaringan Gusdurian Bogor dalam sambutannya.
Acara sore itu diisi oleh tiga narasumber. Diantaranya Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan, Peraih Penghargaan Ikon Pancasila, Romo Mikail Endro Susanto, Tokoh Pegiat Lintas Agama Bogor dan Sofia selaku pengurus Yayasan Metamorfosis Menuju Inklusi, sebuah yayasan yang konsen mempromosikan keberagaman.
Dalam pemaparannya, Dr. Rakeeman mengajak peserta untuk merefleksikan toleransi yang telah tumbuh kuat sejak sebeluk masa kemerdekaan Indonesia. Terbukti dengan adanya Sumpah Pemuda.
BACA JUGA: Lemondial Business School Raih Akreditasi BAIK dari BAN-PT, Ketua Yayasan Ajak Fokus pada Kualitas
“Jika kita melihat sejarah, bagaimana para pendahulu kita sebetulnya telah sangat menjunjung rasa toleransi. Contoh saja dalam menyepakati bahasa yang kita gunakan. Dalam Sumpah Pemuda disepakati satu bahasa untuk digunakan bersama, padahal mereka berasal dari berbagai daerah yang bahasanya berbeda-beda,” ujarnya.
“Tapi mereka bisa saling bertoleransi dan mengesampingkan egonya, sehingga tercipta persatuan yang diharapkan bersama,” lanjutnya.
Selain itu, narasumber lain, Romo Endro, banyak sharing terkait kiat-kita membangun toleransi. Ia menekankan pentingnya perjumpaan.
“Kunci untuk membangun toleransi adalah perjumpaan. Bagaimana kita bisa menerima perbedaan satu sama lain jika berjumpa saja tidak pernah,” ungkapnya.
“Inti dari tolerasi adalah bukan bagaimana kita dapat mempersatukan perbedaan, namun kita harus bisa menerima perbedaan,” lanjut Romo.
Kemudian Sofia yang juga aktivis gender berbagai cerita sisi lain keberagaman. Ia banyak menjelaskan perihal keberagaman gender.
“Banyak dari kita yang belum mengetahui bahwa keberagaman itu bukan hanya tentang agama atau ras saja, namun juga ada keberagaman lain seperti gender. Ini yang sering diperjuangkan oleh kami. Bagaimana supaya kesetaraan gender dapat terwujud. Tentu menjadi tantangan tersendiri,” ujarnya.
Selain diskusi, acara tersebut juga dilanjutkan dengan menonton bareng (nobar) tim nasional sepakbola Indonesia melawan Filipina dalam rangka Qualifikasi Piala Dunia 2026.
Sore tersebut aula Gereja Katolik Santa Faustina dipenuhi oleh peserta dari berbagai latar belakang agama, komunitas dan lembaga. Tercatat 32 orang hadir dalam acara itu.
Penulis: Mubarak M.
Be First to Comment