Press "Enter" to skip to content

Partisipasi Konkret Praktisi Muda Dalam Pembangunan Sosial

Share this:

KATOLIKTIMES.COM – Gereja Katolik dengan kekayaan demografis yang dimiliki patut mengambil peran konkret dalam agenda pembangunan sosial.

Persoalannya, partisipasi dan minat kaum muda terhadap kerja akademik dan advokasi masih sangat minim, baik dalam kehidupan gereja maupun kerja nyata kemasyarakatan.

Pegiat Masyarakat Digital dan Akademisi Muda sekaligus Ketua Pemuda Katolik Komisariat Daerah DKI Jakarta, Bondan Wicaksono
Paparan Pegiat Masyarakat Digital dan Akademisi Muda sekaligus Ketua Pemuda Katolik Komisariat Daerah DKI Jakarta, Bondan Wicaksono

Berangkat dari konteks tersebut, Forum Orang Muda Katolik Indonesia (OMKI) menggelar webinar bertajuk “Partisipasi Konkret Praktisi Muda Dalam Pembangunan Sosial”.

Turut hadir sebagai pembicara dalam diskusi, Pegiat Masyarakat Digital dan Akademisi Muda sekaligus Ketua Pemuda Katolik Komisariat Daerah DKI Jakarta, Bondan Wicaksono dan Ketua Pemuda Katolik Komisariat Daerah Jawa Barat, Edi Silaban.

Diskusi dipandu oleh Fika Anggi, OMK asal Jakarta Timur. Webinar ini bertujuan untuk memberi ruang yang selebar-lebarnya bagi anak muda untuk memahami dan terlibat dalam diskursus isu publik di masa mendatang.

Sebagai pembuka, Lilik Krismantoro selaku Founder Komunitas OMKI menyampaikan bahwa ada kegelisahan yang panjang mengenai semakin lemahnya gerak kaum muda Katolik dalam kegiatan sosial.

“Sekarang kita berada pada titik dimana seakan-akan isu itu (sosial-red) merupakan bagian yang diluar kita”, kata Lilik. Jaringan OMK Indonesia memiliki potensi dan jejaring yang luas sehingga menurut Lilik, jejaring ini dapat dioptimalkan sehingga dapat memberikan manfaat bagi sesama. “Kita orang muda katolik mampu menyikapi isu sosial dan mengambil sikap dan tanggapan secara bermartabat” tegas Lilik. (26/12)

Mengutip pesan Paus Fransiskus, Bondan menyebutkan bahwa penting bagi kaum muda Katolik untuk berjumpa, mendengarkan, dan membuat discernment.

“Dalam konteks discernment, yang peru kita pahami adalah apa yang menjadi kekuatan kita, apa yang menjadi suara hati Nurani ini betul betul menjadi suara mayoritas, bukan tidak peduli dan tidak peka dengan situasi sosial saat ini” kata Bondan.

Pada akhirnya, Bondan mengajak kaum muda untuk terlibat dalam berbagai lini peran seperti Pendidikan, sosial, ekonomi dsb pada berbagai lini profesi dan model.

“Terlibat dalam ormas tidak hanya titip nama, tetapi ormas sebagai salah satu mesin bersama-sama saling bahu membahu memberi kontribusi positif dalam karya nyata di masyarakat”, kata Bondan.

Pemateri selanjutnya, Ketua Pemuda Katolik Jawa Barat Edi Silaban membagikan pengalamannya terkait afirmasi kajian sosial dalam kemasyarakatan di Jawa Barat. “Apakah kita memiliki keberanian sebagai generasi muda untuk mengubah kebijakan publik?”, tanya Edi sebagai pembuka.

Pemuda Katolik di Jawa Barat menggunakan empat pendekatan internal meliputi konsolidasi, hierarki, budaya, dan media dalam setiap langkah karyanya di masyarakat.

Sedangkan pendekatan eksternal yang digunakan adalah audiensi, tools, budaya, dan media. “Media digunakan sebagai resonansi untuk advokasi yang lebih luas lagi” jelas Edi.

Edi menambahkan bahwa situasi  Jawa Barat cukup kompleks dan unik, sehingga perlu sejumlah strategi melalui membuka ruang perjumpaan, menyusun produk kajian kebijakan, membangun narasi positif, dan sejumlah langkah konkret lainnya.

“Kajian-kajian inilah (produk kajian-red) yang mengubah kebijakan publik di Jawa Barat sehingga menciptakan situasi yang sehat”, kata Edi. (er/kt)

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *