KATOLIKTIMES.COM – Peringatan Hari Sumpah Pemuda jatuh pada Rabu, 28 Oktober 2020 beberapa hari lalu. Tahun ini Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia mengangkat tema Sumpah Pemuda ke-92, “Bersatu dan Bangkit”.
Yang mana Menpora RI Zainudin Amali dikutip dari detiknews.com berpesan agar para pemuda kita bersatu dan bangkit. Kita tidak boleh tercerai-berai. Meskipun berbeda latar belakang, kita harus tetap satu. Tanpa persatuan, kita tidak akan bisa, makanya harus bersatu lalu kita bangkit, khususnya untuk melawan Covid-19.
Pada kesempatan ini, Pemuda Katolik Komisariat Cabang Jakarta Pusat mengajak seluruh komponen pemuda untuk bersama mendefinisikan kembali isi sumpah pemuda dalam konteks hari ini. Kita diajak untuk berkontemplasi atas makna dari Putusan Kongres ke 2 kala itu (27-28 Oktober 1928).
Diskusi digelar secara daring. Adapun tema yang diangkat adalah “Re-Defenisi Konsep Sumpah Pemuda Dalam Konteks Masa Kini”. Ketua Pemuda Katolik Komisariat Cabang Jakarta Pusat, Samuel Henki Sigiro pada kesempatan awal memberikan pengantar singkat.
Kegiatan diksusi ini merupakan momentum penting dalam refleksi terhadap peristiwa sumpah pemuda 92 tahun lalu sehingga diskusi ini bertujuan untuk merumuskan kembali gerakan pemuda di Indonesia di masa kini.
Pemuda dituntut untuk memberikan kontribusi lebih dalam membangun bangsa. Berbagai pola yang dilakukan adalah menghadirkan gagasan konstruktif kepada pemerintah, tutur Ketua Pemuda Katolik Komisariat Cabang Jakarta Pusat.
Narasumber yang dihadirkan dalam diskusi online adalah Direktur JMBI, Arianto Zany Namang dan Direktur Program KatolikTimes.com dan Staf Anggota DPD RI Provinsi Papua Barat, Paulina Citra Dewi.
Arianto Zany Namang menerangkan, “Sumpah Pemuda merupakan komitmen generasi pendalu untuk menyatakan kebangsaan dan ke-Indonesian. Ada semangat persatuan untuk membangun negara Indonesia”.
“Pemuda harus terlibat melalui ide-ide yang membangun untuk pembangunan bangsa. Dalam konteks refleksi sumpah pemuda, generasi pemuda masa kini mesti memiliki gagasan konstruktif dan wacana kritis untuk membangun bangsa dan negara,” terang Direktur JMBI (Jaringan Muda Bangun Indonesia) itu.
Lebih lanjut ia menjelaskan, pemuda Indonesia mesti selalu optimis dalam konteks bernegara. Semangat persatuan dalam sumpah pemuda harus dirawat secara terus menerus dalam kehidupan bermasyarakat.
Namun, Direktur JMBI mengungkapkan, pemuda hari ini memiliki salah satu kelemahan tersendiri. Hal yang masih menjadi masalah saat ini adalah pemuda cenderung bernostalgia dengan sejarah masa lalu.
“Saya optimis bahwa Indonesia tetap bersatu. Indonesia tetap utuh sepanjang komitmen berbangsa masih dipegang teguh oleh seluruh anak -anak bangsa,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Program KatolikTimes.com, Paulina Citra Dewi dalam pemaparannya, lebih menekankan pentingnya komunikasi bagi generasi muda masa kini. Komunikasi yang efektif menjadi penting mengingat perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi yang semakin berkembang. “Pemuda hari ini mesti lebih kreatif melalui berbagai macam pola komunikasi,” ungkapnya.
Ditambahkannya, “Literasi lama waktu itu hanya mencakup kompetensi soal membaca, menulis berhitung, sedangkan literasi hari ini berkaitan tentang literasi data, literasi teknologi maupun literasi soal manusia itu sendiri”, jelas Paulina.
Paulina kembali menegaskan, Pemuda Katolik dituntut memaknai kembali momentum sumpah pemuda puluhan tahun yang lalu. Nilai-nilai sumpah pemuda menjadi warisan sejarah yang mesti dirawat dalam tatanan berbangsa.
Ia juga mengingatkan peran perempuan dalam konteks gerakan pemuda hari ini. Mengingat sumpah pemuda zaman dahulu tidak terlepas dari peran penting kaum perempuan.
Jadi sebagai kaum perempuan harus sadar akan isu-isu yang harus diperjuangkan. Perempuan harus percaya diri atas kapasitasnya. Saat ini kita bukan orang nomor dua lagi atau konco wingking, tapi kita dapat berjalan beriringan, tutup Paulina. (KT)
Be First to Comment