Press "Enter" to skip to content

COVID 19 DAN PERUBAHAN GAYA HIDUP

Share this:

KATOLIKTIMES.COM-Berbagai uraian tentang dampak pandemi Covid-19 bisa kita temukan di mana saja, salah satunya berkaitan dengan gaya hidup.

Semua lini masa tak henti-hentinya secara up date merilis beritanya. Tak kurang dari sekian segi kehidupan memang terdampak pandemi ini.

Demikian juga upaya untuk mencoba bertahan dengan kondisi pandemi yang belum selesai, termasuk arahan untuk siap sedia menghadapi sebuah fase baru, yang dinamakan ‘new normal life’, pun tidak kalah pentingnya untuk digeluti.

Pengaruh pada berbagai kehidupan tentu menyiratkan kesiapsiagaan kita untuk menerima sebuah kenyataan hidup normal yang baru.

Pandemi Covid-19 pada Gaya Hidup

Tak bisa dielakkan kondisi itu sudah dan sementara terjadi. Beranjak dari fakta itu, salah satu sumber yang telah mengadakan survei secara online, Snapcart, pada medio Maret 2020 di 8 kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Palembang, Makassar, dan Manado), membuktikan bahwa pandemi virus Covid-19 yang masih akan terus berlanjut.

Hal ini menyebabkan terganggunya gaya hidup, kebiasaan bekerja, dan berbisnis masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat di perkotaan. Toh demikian, amatan penulis, di pedesaan pun tidak terlepas perubahan gaya hidup itu.

Dampak Covid-19 yang paling terasa mengganggu adalah (1) kehidupan sosial, menempati urutan paling tinggi yakni 48%, diikuti (2) kekhawatiran akan karir dan pekerjaan 44%.

Kemudian (3) buyarnya rencana liburan dan wisata 39%, selanjutnya (4) kekhawatiran terbatasnya kegiatan keagaamaan 31%, dan (5) tidak bisa melakukan kebiasaan berbelanja 24%.

Gaya hidup kaum urban, seiring berkembangnya teknologi, menjadikan mereka sibuk dengan aktivitasnya sendiri-sendiri, sehingga kehidupan sosial di dunia maya dianggap lebih menarik daripada di dunia nyata.

Namun di survei ini hasil yang diperoleh kebalikannya, hampir setengah responden baik pria dan wanita, muda dan tua merasa kehidupan sosialnya terganggu karena tidak bisa berkumpul bersama keluarga dan teman, karena harus menjaga jarak (physical distancing) dan mengikuti anjuran untuk #DiRumahAja. (sumber)

Dalam berbagai refleksi tentang gaya hidup, kita bisa melihat bagaimana gaya hidup itu.

Namun penulis berkesimpulan secara sederhana bahwa gaya hidup atau life style merupakan salah satu cara bersikap yang dipakai oleh orang tertentu ketika ia mau tampil layak dan aktual di hadapan orang lain.

Gaya hidup pun merupakan sesuatu yang wajib dalam kerangka untuk menunjukkan eksistensi, atau bahasa yang familiar di kalangan banyak orang.

Illustrasi: sumber google

Gaya hidup menunjukkan eksis-nya seseorang dalam berpenampilan, atau berperilaku karena itu menunjukkan seseorang itu maju atau tidak, ada perubahan atau tidak.

Dengan kata lain, hal ini menjadi sesuatu yang lumrah dan menunjukkan bahwa seseorang itu mengikuti perkembangan zaman.

Ungkapan yang cukup dikenal adalah waktu berubah dan kita berubah di dalam waktu, waktu berubah, zaman berubah, otomatis sikap, tindakan dan perilaku bahkan peradaban ikut serta berubah.

Pandemi Covid-19, secara nyata merubah gaya hidup kita. Gaya hidup berkomunikasi, gaya hidup bertemu, gaya hidup berbicara dan berbagai sisi lainya.

Kendati begitu, gaya hidup tidak lalu menjadi sesuatu yang begitu remeh.

Dalam arti sesuatu yang tidak berarti lagi. Jadi bagi penulis gaya hidup bukanlah sebuah hal yang harus diabaikan ketika kita berada dalam kondisi yang serba terbatas seperti sekarang ini.

Maka dari itu, perubahan gaya hidup ini tentu menyiratkan sebuah pesan bahwa kita harus melibatkan diri didalamnya, demi sebuah kelancaran dalam melanjutkan kehidupan pasca pandemi Covid-19.

Niscaya perubahan gaya hidup yang terjadi dan sementara terjadi kini, tidak bisa dipandang sebagai sesuatu yang biasa, melainkan sesuatu yang penuh pengorbanan terutama pada era new normal life seperti saat ini.

Mari kita merubah pola pikir kita, sejalan dengan perubahan gaya hidup yang ada saat ini.

Oleh: Dominica Diniafiat adalah Seorang Mahasiswi Program Doktoral Universitas Negeri Hindu Indonesia Denpasar Bali – Pegiat Budaya

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *