Press "Enter" to skip to content

FERDIANUS JELAHU: PENDIDIKAN TANPA MENGENAL BATAS

Share this:

KATOLIKTIMES.COM – Pada tahun 2021 saya bertugas di salah satu SMP swasta di Jawa Tengah. Saya ditugaskan untuk membantu sekolah dalam pendidikan bidang kesiswaan, guru wali kelas, guru mata pelajaran kelas tujuh (7) sampai kelas sembilan (9).

Selain itu saya ditugas sebagai koordinator bina iman, menjadi anggota tim humas karakter. Beberapa tugas di atas, tugas yang sulit dan tidak muda untuk dijalankan sebagai wali kelas dan koordinator bina iman.

Sebagai wali kelas harus memberikan perhatian kepada semua peserta didik apalagi dalam situasi pandemi covid 19. Benar-benar menuntut pengorbanan seorang guru. Dalam bidang koordinator bina iman, membuat program pengembangan iman dari setiap program kerja tahunan.

Baca juga: KAUL SEBAGAI JALAN SUKACITA PANGGILAN

Satu pengalaman yang menyentuh hati saya, salah seorang siswa kecanduan game. Kecanduan game membuatnya lalai dalam mengerjakan semua tugas sehingga menumpuk. Waktu itu hati saya sangat gelisah karena ada keluhan dari guru, bahwa tugasnya cukup banyak yang belum dikerjakan.

Tugas saya sebagai guru wali kelas dan sebagai guru mata pelajaran mencari solusi. Apa yang harus kulakukan untuk siswaku? Apa solusi yang perlu saya lakukan? Saya mulai menghubung guru mata pelajaran untuk mendampingi siswaku secara pribadi, khusus mata pelajaran yang belum selesai dikerjakan tugasnya.

Selain itu juga, saya minta bantuan kepada guru mata pelajaran untuk melaksanakan home visit sehingga dan mengajar di rumah. Sewaktu-waktu kalau libur, saya mengajar siswaku belajar di biara untuk membantu membimbing mengerjakan tugas.

Satu hal yang membuatku berubah cara pandang ketika seorang siswa itu bertanya, “Mengapa bruder mau mengajar, saya?” ungkapnya secara spotan. “Saya mau supaya kamu menjadi lebih baik dari bruder, jadi orang yang sukses, bahagia dan setia.” Kataku. “Iya bruder, saya mau jadi orang sukses” jawabnya. Kata inilah yang mengubah cara pandang terhadap peserta didik. Bahwa setiap peserta didik memiliki kemampuan sendiri dan tidak bisa disamakan.

Mendidik Tanpa Membedakan
Pengalaman menjadi seorang tenaga pendidik bukan hal yang mudah atau gampanglah, bisa diatur. Pendidikan bukan perkara muda dan gampang. Berbagai macam perasaan yang muncul, kandang memberontak, menyakitkan, mengeluh dan menjengkelkan karena berhadapan dengan situasi yang tidak diharapkan?

Oleh karena itu, pentingnya peran seorang pendidik untuk mengenal peserta didik dari hati ke hati. Pendekatan ini memuncul pengalaman baru, dimakna dan direfleksikan. Pengalaman yang perlu dimaknai adalah kehadiran seorang pendidik dalam membimbing peserta didik. Apa yang menyentuh dari peran seorang pendidik?

Seorang pendidik tidak sekedar mentransfer ilmu pengetahun, tetapi usaha pembembetukkan karakter peserta didik.Apa yang perlu dari peran seorang guru ketika berhadapan dengan siswa yang mengalami kesulitan? Guru perlu memiliki sikap pengorbanan. Berkorban demi perkembangan perserta didik, waktu, tenaga pikiran.

Guru butuh kesabaran dalam menghadapi karakteristik peserta didik yang beragam. Butuh strategi baru yang sederhana sesuai dengan kebutuhan peserta didik, misalkan home visit, memilih kesempatan dimana peserta didik kita merasa happy untuk belajar. Dibutuhkan pembelajaran kolaborasi. Guru harus terbuka untuk meminta bantuan kepada guru lain saling membantu mengajar/mendampingi peserta didik secara personal.

Sekolah Tempat yang Dinamis

Sekolah melingkupi lingkungan, tenaga pendidik dan kependidikan, siswa-siswi, Gereja, orang tua, alumni, komite sekolah, dan masih banyak lainnya. Lingkungan sekolah itu sendiri selalu berubah dari waktu ke waktu. Perubahan ini terjadi karena di dalam lingkungan terjadi interaksi/dialog antartenaga pendidik dan kependidikan, antartenaga pendidik dengan peserta didik. Dalam interaksi terjadi proses pembinaan antarsesama dan peserta didik.

Pengalaman setiap saat pun beragam dalam melaksanakan pembinaan terhadap setiap peserta didik. Pribadi siswa-siswi kita yang unik dan beragam masalah, perlu mendapat perhatian dan pendampingan terus-menerus.

Dalam diri peserta didik ini masih banyak tersimpan karakter yang positif dan berharga. Untuk mendukung perkembangan pendidikan positif dalam diri peserta didik perlu mengembangkan diri lewat kegiatan-kegaitan yang positif di sekolah, lewat pembinaan dan pendekatan cura personalis (pendekatan kasih). Itu tidak cukup, butuh hati untuk mendengarkan keluh kesah peserta didik.

Penulis: Br. Ferdianus Jelahu, MTB adalah Kepala SMA Karya Budi Putussibau, Kalbar.

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *