KATOLIKTIMES.COM – Pada suatu moment yang sangat indah, tepat pada Rabu 10 Juni 2020, pukul 17.00 WIB, Sr. Helena Tinambunan, KSSY merayakan pesta pembaharuan kaul di Kapel Komunitas Susteran OSF, Jalan Bener, Tegalrejo, Yogyakarta.
Sr. Helen sapaannya adalah seorang biarawati dari Kongregasi Suster Santo Yosef (KSSY).
Perayaan pembaharuan kaul bukanlah perjalanan singkat, tetapi menuntut suatu proses panjang, yakni kesetiaan dalam menjalani panggilan hidup membiara.
Tanpa kesetiaan moment pembaharuan kaul itu tidak akan terjadi. Proses yang dilalui oleh Sr. Helen, KSSY melalui beberapa tahap.
Triduum: Kaul Jalan Sukacita
Menurut Heuken dalam kamus Ensiklopedia (2006:19) triduum berarti tiga hari rekoleksi rohani yang diisi dengan ceramah, meditasi dan doa.
Masa ini dilalui selama tiga (6-9 Juni 2020), mendalami tentang cita-cita hidup religius dan penghayatan ketiga kaul (kemiskinan, ketaatan dan kemurnian). Didampingi oleh seorang pembimbing rohani, Rm. Yoseph Ispuroyanto Iswarahadi, SJ.
Melalui pembimbing rohani, ada banyak semakin mengenal dan mendalami cita-cita panggilan sebagai seorang biarawati dalam kongregasi KSSY.
Pengalaman triduum selama tiga hari menjadi pengalaman rohani berjalan bersama Sang Guru sejati.
Ada pengalaman yang meneguhkan, “Belajar untuk menyerahkan diri dan kepercayaan total kepada Tuhan” Itulah satu-satu jalan panggilan yang mengandalkan Tuhan. Usai masa triduum, selanjutnya pada puncak triduum adalah Perayaan Ekaristi.
Selain mendalami tentang penghayatan cita-cita religius, Sr. Helena, KSSY mengungkapkan bahwa Kaul sebagai sarana dalam panggilan.
“Kaul kemiskinan, sadar memilih untuk hidup religius yang percaya dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan yang membuahkan hasil sikap empati kepada sesama sebagai citra Allah. Kaul ketaatan melaksanakan kehendak Tuhan melalui para pemimpin, berdasarkan jalan panggilan-Nya. Yesus menjadi patronnya melalui pedoman hidup dalam kongregasi KSSY” katanya.
lebih lanjut katanya, “Kaul kemurnian, menyatakan cinta yang tulus kepada Tuhan dan sesama. Menyatakan cinta kepada Tuhan salah satu dengan menikah, dan tidak menjalin relasi yang ekslusif kepada sesama” Ungkap mahasiswi Prodi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Perayaan Ekaristi Pembaharuan Kaul
Perayaan Ekaristi tidak banyak dihadiri teman, sahabat atau keluarga, bahkan tamu undangan mengingat masa pandemic covid 19 masih terus meningkat dari hari ke hari.
Hal ini menuntut perhatian dari semua pihak untuk setia dan taat pada anjuran pemerintah dan pimpinan Gereja.
Dalam perayaan Ekaristi dihadiri oleh beberapa suster dan bruder. Perayaan Ekaristi di pimpin oleh Rm. Y.I. Iswarahadi, SJ. Dalam homilinya beliau menuturkan pesan Paus Fransiskus dalam audiensi pada kunjungan ke Brasil 2013 yang lalu, dan memberikan beberapa pesan kepada kaum religius:
Pertama, hidup yang penuh sukacita. Hidup dalam sukacita berarti menjalani panggilan hidup dengan penuh sukacita, melayani dengan tulus.
Sukacita panggilan religius adalah merawat ‘memori’ pengalaman panggilan pertama kali atau ‘jatuh cinta’ pertama kali memilih hidup membiara.
Pengalaman itu perlu diingat dan dirawat dengan baik sehingga menghasilkan pengalaman sukacita.
Kedua, Kembali ke dalam diri yang menutut kesetiaan dalam doa dan penyerahan total kepada Allah.
Doa diungkapkan secara terbuka dan jujur dihadapan Allah. Percaya pada panggilan Allah dan menuntut komitmen dan penyerahan diri dari pihak manusia.
Baca juga: IMAN DAN PERUBAHAN SOSIAL
Ketiga, kaum religius dipanggil untuk mewartakan kabar sukacita.
Dikatakan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (bdk Mat 28:19).
Panggilan religius adalahh menebarkan sukacita dengan mengajarkan iman kepada sesama. Sejatinya yang sederhana dilakukan adalah mengajarkan katekumen di paroki, dan lain sebagainya.
Panggilan menjadi religius adalah anugerah dari Tuhan sendiri. Panggilan itu membutuhkan tanggapan dari pihak manusia.
Tanggapan itu menuntut kesetiaan dan pengorbanan. Kesetiaan pertama-tama bukan dari pihak manusia, tetapi dari Allah sendiri.
Dikatakan bahwa “Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga yang akan menggenapinya” (1 Tes 5:24).
Melalui penghayatan ketiga kaul, panggilan hidup kaum religius semakin mendekatkan diri pada pengalaman akan Allah yang akan diwujudkan dalam karya dan pelayanan terhadap sesama.
Br. Ferdianus Jelahu, MTB adalah seorang Bruder dari Kongregasi Maria Tak Bernoda (MTB) Ordo ke III Fransiskan Regular, Bantul, Yogyakarta.
Be First to Comment