Press "Enter" to skip to content

Kebiasaan Milenial, New Normal dan Adaptasi Manusia

Share this:

KATOLIKTIMES.COM – Tanda #dirumahaja sempat bergeming di sosial media, fase new normal atau kenormalan baru dalam menghadapi pandemi Covid-19 memunculkan kebiasaan milenial.

Sudah hampir genap tiga bulan wabah pandemi mulai mengubah kebiasaan kita khususnya milenial, si pengguna aktif jejaring sosial media.

Berkegiatan di rumah aja seperti Work from home dan segala hal kegiatan produktif terus bermunculan.

Ajang meeting online, membuka forum diskusi mulai menjamur. Pola kebiasaan milenial seperti rebahan pun menjadi meme sebagai wujud pahlawan #dirumahaja demi tujuan memberhentikan penyebaran Covid-19.

Beradaptasi Dengan Tatanan New Normal

Upaya Pemerintah menghimbau masyarakat agar berkegiatan di rumah aja melalui penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dianggap belum efektif. Akhir Mei kemarin, Pemerintah mantap menerapkan tatanan new normal yang dimulai per bulan Juni ini.

Mengadaptasi dari beberapa kebijakan pemerintah luar negeri serta vaksin yang belum ditemukan menjadi pertanyaan besar perihal ekonomi lumpuh dalam kurun waktu yang tidak terbayangkan.

Pemerintah berupaya agar negara dan masyarakat tentunya siap beradaptasi menghadapi wabah pandemi Covid-19.

Pemerintah Bersiap untuk New Normal (Ist)

Kebijakan new normal yang kini perlahan berjalan, merubah kembali kebiasaan masyarakat khususnya kaum rebahan.

Kesiapan mental kaum milenial untuk lebih sadar terhadap kesehatannya sendiri dan lingkungan sekitar menjadi acuan proses untuk melancarkan ketahanan masyarakat dalam melewati wabah pandemi Covid-19.

Sejatinya, makhluk hidup tercipta dengan kemampuan adaptasi yang cukup kuat.

Begitu pula manusia sebagai makhluk hidup paling sempurna, dapat mempergunakan akal untuk beradaptasi secara kreatif di zona perjuangannya.

Upaya new normal tanpa adanya “kesadaran baru” tidak jauh beda sebagai seremonial protokoler belaka.

Kesadaran dalam titik ini, menjadi naluri si makhluk hidup untuk bisa bertahan hidup dalam wabah Corona.

Sebagai warga Indonesia yang jelas terlibat dalam kelancaran new normal. Sebagai kaum muda diharapkan untuk lebih peka dalam setiap alur perjuangan yang dilewati.

Tidak semata-mata berbicara akal untuk bertahan hidup melainkan budi untuk bisa saling menjaga satu sama lain sebagai makhluk sosial.

Kesadaran hidup sehat, bersih, menjaga tatanan lingkungan sekitar untuk tetap bebas virus menjadi perubahan positif yang tatkala menjadi budaya manusia dalam aspek kehidupan.

Sehingga memunculkan komunitas dengan budaya yang baru yaitu perubahan perilaku manusia dengan peradaban baru.

New normal yang diterapkan tentunya berdasar protokol kesehatan yang sudah seharusnya disosialisasikan dengan cukup matang dan menarik untuk masyarakat.

Harapan positif pemerintah itu pada dasarnya wabah Covid-19 dapat dicegah bahkan bisa disembuhkan.

Peran pemerintah dalam memfasilitasi tatanan new normal harus sejalan dengan kesadaran manusia itu sendiri.

Upaya mensosialisasikan protokol kesehatan pun harus dilakukan lebih kritis, kreatif dan menarik agar dapat mencapai umpan balik masyarakat khususnya anak muda. Sehingga diharapkan feedback  masyarakat dapat berkesinambungan.

Muluk-muluk apabila respon baik, ketika kaum milenial ikut serta mensosialisasi di jejaring sosial medianya atau bahkan memberi efek kepada social circle mereka. Sehingga sosialisasi semakin luas saat menjalani new normal.

Tidak berhenti disitu, pemerintah juga harus serius memfasilitasi protokol kesehatan dalam ruang publik. Memperluas ruang publik dengan memperbanyak moda transportasi publik agar terdapat jarak antar penumpang, apabila terjadi ledakan penumpang ketika aktifitas mulai berjalan kembali.

Mulai diperbanyak pula titik-titik lokasi tempat mencuci tangan dalam ruang publik, termasuk jadwal pembersihan dengan disinfektan secara teratur untuk ruang publik seperti stasiun, gerbong kereta, halte busway dan sejenisnya.

Hal-hal yang menjadi tugas bersama untuk melancarkan jalannya new normal seperti, penggunaan masker, penerapan phsycal distancing minimal jarak 1 meter dengan yang lainnya, cuci tangan serta budayakan hidup bersih dan sehat mengonsumsi makanan bergizi.

Kebiasaan yang dibangun dalam new normal ini diharapkan menjadi kesadaran baru yang ditanamkan secara mental. Sehingga dapat diyakini tindakan yang dilakukan dalam peraturan baru itu tidak hanya sebatas protokoler.

Sampai nantinya dapat sebuah simpulan bahwa masyarakat dan pemerintah saling bergantung satu sama lain dalam melancarkan jalannya new normal, dan menghidupkan kembali kegiatan perekonomian publik yang sempat lumpuh.

Kembali ke kaum milenial, lalu apa hubungannya untuk para kaum milenial ? Kaum muda penggerak, warganet budiman, sang kritis?

Perlu diakui semangat agen perubahan ada pada darah muda. Kesadaran-kesadaran yang telah dijabarkan di atas diharapkan menjadi kebiasaan anak muda untuk menggalakan sosialisasi positif menjadi budaya hidup yang tepat.

Penulis meyakini, Tidak sedikit kaum muda-mudi yang sudah kritis dan mengaplikasikan kegiatan positif.

Seperti munculnya influencer-influencer yang pada umumnya berasal dari kalangan muda.

Siap menerima perubahan jaman. Mulai dari teknologi, cara berpikir hingga bertutur. Ranah trend sharing is caring, update kegiatan produktif, menginspirasi sosial dan bermanfaat lebih konstan dilakukan semenjak era di rumah aja.

Salah satu kegiatan produktif #dirumahaja, pernah penulis lakukan dengan mengonsumsi hasil budidaya sendiri seperti lele dan kangkung melalui metode aquaponik.

Perlahan menyiapkan ketahanan pangan sendiri yang pada dasarnya mudah karena alam itu sendiri menjadi objek utama. Sehingga, kekurangan makan dalam kondisi ekonomi lumpuh akan tersolusikan.

Upaya-upaya berproduktif pada era #dirumahaja, membentuk pola baru untuk kebiasaan-kebiasaan kita yang adaptif dan kreatif.

Kegiatan Ketahanan Pangan Dalam Masa Pandemi Covid (Ist)

Sebagaimana menjaga kesehatan, lebih sering cuci tangan, menyadari bahwa kebersihan dan kesehatan adalah budaya untuk diri sendiri serta lingkungan sekitar, baik makhluk hidup lainnya.

Pola baru yang berlandaskan kesadaran mental ini, nantinya dapat berjalan tanpa adanya kebijakan protokoler kesehatan karena sudah terbangun kesadaran itu sendiri.

Sehingga tidak semata-mata  penggunaan masker dengan banyak desain, melainkan paradigma memandang dunia dan mindset yang berbeda.

Mari memulai dari diri sendiri untuk membiasakan diri. Terkhusus kaum muda yang penuh dengan jiwa semangat agar terus melanjutkan lancarnya tatanan perubahan peradaban baru untuk lebih berbudaya hidup bersih, sehat dan mengonsumsi makanan bergizi, selamat menikmati new normal.

Oleh Angela Clark Fidela adalah Seorang Pekerja Swasta di Ibukota DKI Jakarta

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *