Press "Enter" to skip to content

PEMBELAJARAN BERBASIS DIGITAL, BUKAN LAGI TANTANGAN (?)

Share this:

Oleh: Luh Putu Dina Satriani

KATOLIKTIMES.COM – Seiring dengan perkembangan zaman, tantangan pendidikan berbasis digital di era 4.0 selalu mengalami peningkatan dan perkembangan yang sangat signifikan. Seperti kita ketahui, jika dahulu percakapan antara guru dan siswa terasa sulit, saat ini menjadi hal yang sudah biasa.

Bahkan dalam pandangan teori pendidikan modern, hal ini menjadi sebuah keharusan. Interaksi semacam itu justru menjadi indikasi keberhasilan proses pendidikan.

Pada era pendidikan 4.0, siswa menjadi figur sentral dalam kegiatan pembelajaran tetapi guru masih berperan juga dalam pembelajaran. Ia merupakan sumber pengetahuan utama di dalam kelas, bahkan dapat dikatakan satu-satunya.

Namun dalam konteks pendidikan era 4.0, hal demikian tidak berlaku lagi. Sehingga peran guru hari ini telah mengalami pergeseran, yakni sebagai fasilitator bagi peserta didik. Pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru (teacher centered), namun lebih berpusat pada peserta didik (student centered).

Pergeseran dan perubahan sebagaimana yang digambarkan di atas, merupakan keniscayaan yang tidak terelakan. Hal itu disebabkan oleh fakta bahwa dari waktu ke waktu tuntutan dan kebutuhan manusia terus mengalami perubahan.

Kendati demikian masif perubahannya, perlu keahlian spesifik yang selaras dengan kebutuhan lapangan. Jika tidak demikian, maka ribuan lulusan yang keluar dari sebuah lembaga pendidikan akan terlindas dan tersingkirkan.

Era Revolusi Industri 4.0 membawa dampak yang tidak sederhana. Ia berdampak pada seluruh aspek kehidupan manusia. Termasuk dalam hal ini adalah pendidikan.

Era ini ditandai dengan semakin sentralnya peran teknologi siber dalam kehidupan manusia. Maka tidak heran jika dalam dunia pendidikan memunculkan istilah “Pendidikan 4.0”.

Di mana pendidikan 4.0 (Education 4.0) adalah istilah umum digunakan oleh para ahli pendidikan untuk menggambarkan berbagai cara untuk mengintegrasikan teknologi siber baik secara fisik maupun nonfisik ke dalam pembelajaran.

Ini adalah lompatan dari pendidikan 3.0 yang menurut Jeff Borden mencakup pertemuan ilmu saraf, psikologi kognitif, dan teknologi pendidikan.

Pendidikan 4.0 adalah fenomena yang merespons kebutuhan munculnya revolusi industri keempat dimana manusia dan mesin diselaraskan untuk mendapatkan solusi, memecahkan masalah dan tentu saja menetukan kemungkinan inovasi baru.

Salah satu permasalahan yang dihadapi Indonesia dalam dunia pendidikan yang perlu kita ketahui, yaitu kualitas pendidikan yang jauh dari negara lainnya hingga dapat dikatakan bahwa kualitas pendidikan Indonesia rendah dilihat dari hasil produk pendidikan itu sendiri hingga proses pendidikan yang saat ini sedang berjalan.

Berganti-ganti kurikulum dengan jeda waktu yang cenderung singkat hingga evaluasi yang didapat cenderung minim membuat pola pendidikan Indonesia belum mendewasa.

Namun seiring perkembangan zaman Indonesia dihadapkan pada teknologi yang sedang berkembang dengan pemanfaataan digitalisasi menjadi berkembang seiring dengan kemajuan teknologi sehingga berkembang saat ini dengan era digital dimana masyarakat meninggalkan batasan ruang dalam penerimaan pendidikan.

Tidak lagi secara konvensional, masyarakat dapat memiliki pengetahuan melalui dunia siber.

Berkembangnya dunia digital berpengaruh terhadap cara belajar siswa dengan optimalisasi penggunaan perpustakaan digital dalam memenuhi kebutuhan atas keingintahuannya terhadap materi ajar.

Seiring berkembangnya teknologi digital di Indonesia dengan kita menyadari kebutuhan siswa yang berada pada kebijakan kurikulum yang menghendaki penggunaan jam belajar sistem fullday school.

Maka hadirlah beragam media alternatif untuk menjangkau siswa tanpa melanggar sistem justru sebagai alat pemenuhan kebutuhan siswa dalam belajar lebih efisien dan efektif. Yaitu berkembangnya startup pendidikan.

Startup pendidikan lebih banyak berupa bimbingan belajar secara online dengan menghadirkan guru secara virtual dalam bentuk video contohnya, seperti yang dilakukan oleh Quipper Video dan Ruang Guru.

Adapula yang menggunakan hanya audio dengan penjelasan secara verbal seperti Zenius. Bahkan terdapat pola sekolah di rumah atau sering disebut home schooling dilakukan secara online seperti Aplikasi Kelase.

Dengan demikian, dapat simpulkan bahwa adanya revolusi industri 4.0 yang telah menyusup pada berbagai bidang termasuk bidang pendidikan, tidak hanya menyangkut pemerataan pendidikan, tapi juga terkait mutu dari output para lulusan.

Maka perlu upaya untuk beradaptasi dengan matang yaitu guru diharapkan dapat menerapkan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi sebab kalau tidak siap maka akan semakin ketinggalan, peningkatan kualitas pendidik menjadi prioritas agar mampu beradaptasi, menghasilkan peserta didik sesuai tuntutan zaman dan posisi guru tidak tergantikan kepada siswa.

Salah satu cara menghadapi tantangan era digital ini adalah peningkatan kualitas guru menjadi guru 4.0.

Luh Putu Dina Satriani adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja, Bali dan Komunitas Penulis Art & Culture Manado-Bali

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *