(Sebuah Coretan Isi Hati Manusia)
KATOLIKTIMES.COM – Halo teman-teman sekalian.. perkenalkan saya, Frater Efrianus Kaka Embu. Saya adalah seorang mahasiswa semester tujuh (VII), Program Studi Filsafat Keilahian di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng (STF-SP), Minahasa, Sulawesi Utara.
Selain itu saya juga anggota komunitas Diosesan Seminari Tinggi Hati Kudus Yesus Pineleng.
Dan jika dihitung mundur saya sudah hampir enam tahun menjalani hidup sebagai seorang calon imam diosesan, cukup lama bukan?
Kata sebagian orang bahwa hidup sebagai seorang calon imam memang sangat membahagiakan dan saya pun setuju akan hal itu.
Kebutuhan harian kita setiap hari terpenuhi seperti makan, minum dan tempat tinggal disediakan.
Mungkin dalam bahasa yang sedikit kasar kita hidup di seminari cukuplah hanya menyediakan kemampuan intelektual kita.
Baca juga: BERKAT PONDASI BELIAN, GEREJA KATOLIK SINTANG DIYAKINI BERTAHAN HINGGA 1 ABAD
Sebab yang kita bawa hanyalah diri kita dan juga perlengkapan sehari-hari saja.
Kebutuhan jasmani (makan, minum, olahraga, rekreasi dan lain sebagainya) dan kebutuhan rohani pun bisa kita penuhi didalam seminari karena memang siklus nya sudah demikian (maklumlah harus menjadi man of prayer).
Sebagai orang muda siapa yang tidak mau hidup seperti itu semuanya sudah disiapkan.
Namun yang menjadi pertanyaan bagi saya sekarang itukah yang aku cari selama ini? atau apakah sebenarnya yang saya cari? Kebahagiaan? Cinta? Saudara? Orang tua angkat? Teman atau sahabat? Bukankah itu bisa saya temukan di luar sana ?
Jikalau kebahagiaan, bukankah saya sudah cukup bahagia sebelum saya memilih jalan ini dan jikalau cinta yang saya cari bukankah cinta dari orang tua, keluarga dan sanak saudara sudah cukup saya terima.
Jikalau saudara, bukankah saya memang memiliki cukup banyak saudara. Jikalau orang tua angkat, apakah kasih sayang dan pemberian dari orang tua batih tidak cukup.
Jikalau teman atau sahabat bukankah sebelum masuk seminari saya sudah cukup banyak memiliki itu semua.
Bisa dihitung dari masih kanak-kanak, saat bersekolah dan sekarang tengah masuk usia dewasa muda bukankah sudah memiliki banyak teman.
Apakah sebenarnya yang saya cari saat masuk seminari? Pertanyaan ini selalu terbayang dibenak saya selama menjalani studi.
Awalnya memang belum terlintas sebab pada awalnya hanya tahu bahwa kelak saya akan menjadi seorang imam dalam gereja katolik.
Akan tetapi menjelang tahun-tahun terakhir masa studi untuk mendapat gelar strata satu (S1).
Dulu ketika awal masuk seminari, saya pernah ditanya oleh beberapa orang perihal pilihan saya untuk menjadi seorang imam.
Baca juga: PP PMKRI MINTA PEMERINTAH PROVINSI NTT SEGERA SELESAIKAN KONFLIK MASYARAKAT ADAT BESIPAE
Saya pun memberikan satu jawaban klasik yakni untuk melayani umat (melayani umat seperti apa? itu sulit untuk dideskripsikan).
Sekarang saya tersadar bahwa motivasi yang dahulu sangat membakar semangat saya sebagai seorang calon imam apakah benar-benar demikian yakni untuk melayani umat.
Karena jika dilihat ketika berkunjung ke sebuah stasi, saya dilayani seperti seorang “raja kecil” (luar biasa bukan..?).
Saya tahu itu merupakan bentuk kasih sayang umat kepada saya. Tapi itukah yang saya cari? Sungguh menjadi misteri panggilan hidup ini.
Frater Efrianus Kaka Embu adalah seorang mahasiswa program studi filsafat keilahian di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng (STF-SP).
Be First to Comment