Press "Enter" to skip to content

PANDEMI COVID 19 DAN KATEKESE

Share this:

KATOLIKTIMES.COM – Katekese di tengah pandemi Covid 19, situasi pandemi Covid-19 saat ini membuat kita khawatir, cemas dan gelisah.

Situasi ini tidak hanya dialami oleh warga negara Indonesia, banyak negara juga di landa oleh virus tersebut.

Media masa, setiap hari menulis berita tentang situasi dan perkembangan pandemi Covid 19.

Kita pun tidak tinggal diam, ingin mencari berbagai berita yang aktual dan relevan dari berbagai sumber media yang tak tahu sumbernya dipercaya atau tidak.

Ketika kita membaca, ada reaksi secara sepotan muncul dari dalam diri kita, bisa sedih, takut, cemas atau gelisah. Suasana Covid-19 mengajak kita untuk tinggal di rumah (stay at home).

Berbagai ajakan yang perlu kita buat selama tinggal di rumah agar tidak jenuh. Dalam situasi stay at home, ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk melawan rasa kekhawatiran dan kecemasan yang melanda kehidupan kita.

Bisa kumpul bareng sambil menceritakan pengalaman dalam keluarga, masak bersama, bersih rumah bersama. yang paling penting adalah melantunkan doa bersama, dan masih banyak kegiatan lainnya.

Katekese Pandemi Covid dalam keluarga

Katekese perlu kita pahami sebagai bagian dari komunikasi iman. Komunikasi iman dalam bentuk konkritnya adalah berbagi pengalaman.

Dalam Anjuran Apostolik Yohanes Paulus II, Katekese adalah pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam iman, yang khususnya penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar pada pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (Catechesi Trandendae, 18).

Hidup dalam kepenuhan Kristus berarti mengandalkan Allah yang berperan aktif dalam hidup manusia.

Katekese harus mencapai pada pengalaman konkrit dan menyadari kehadiran Allah yang sungguh nyata.

BACA JUGA: HIDUP BERKOMUNITAS: MENDENGARKAN DENGAN HATI, BERTINDAK DENGAN TULUS

Kita tidak terlalu membahas jauh tentang pengalaman perjumpaan itu, dalam kehihupan keluarga kita mengalami perjumpaan antar pribadi, ada orangtua dan anak-anak.

Diharapkan perjumpaan itu menghasilkan buah kasih, perdamaian dan keharmonisan. Upaya ini terus kita bangun mulai dari keluarga.

Kebiasaan hidup harmonis dalam keluarga akan berpengaruh ‘keluar’ dari dunia keluarga menjadi lebih luar biasa.

Kita dipanggil untuk mewartakan kabar sukacita dalam hidup sehari-hari. Mengapa kabar sukacita?

Kabar sukacita dapat meneguhkan orang lain, membantu orang untuk mengalami suatu pengalaman yang bermakna bersama Kristus sendiri.

Injil juga menegaskan tentang kabar sukacita. Bagi mereka yang mendengarkan kabar sukacita itu, mengalami suatu pengalaman yang meneguhkan.

Bagaimanakah caranya agar sukacita itu dapat tersampaikan? Kita dapat menggunakan media sosial. Maka, peran media sosial dapat dilihat dari sudut padang yang positif dalam menyampaikan kabar sukacita.

Peran media sosial dalam berkatekese

Ketika kita membaca berita di media sosial, kita berhadapan dengan sebuah situasi yang mencemaskan kalau isi berita itu tidak sesuai dengan suasana hati nurani kita.

Bahkan kita menjadi cemas terus-menerus. Suasana batin kita dalam menanggapi situasi di luar diri kita (berita) dapat menentukan.

Kita diminta untuk secara bijaksana dalam menanggapi informasi melalui media sosial. Sebagai orang beriman, hendaklah kita secara tepat dalam memilih, dan menyampaikan informasi kepada sesama.

Kita perlu menyadari bahwa peran media sosial adalah menyampaikan kabar gembira bagi semua orang sehingga Kerajaan Allah sungguh terwujud secara konkrit dalam kehidupan sehari-hari.

Itu yang menjadi harapan kita bersama sebagaimana Kristus sendiri telah menyampaikan Kerajaan Allah di tengah dunia.

“Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang yang miskin, dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang (Luk 4:18-19).

Bukan ini merupakan kabar gembira bagi kita semua? Yesus yang menjadi Guru kita telah menyampaikan kabar gembira. Kita melanjutkan misi Kristus sesuai dengan konteks zaman kita saat ini.

Perkembangan medial sosial dipandang sangat baik kalau dimanfaatkan dengan baik pula.

Sebagaimana dalam Dokumen Konsili Vatikan II dalam dekrit inter merifa yang mengatakan bahwa “Kewajiban-kewajiban khusus mengikat semua penerima, yakni para pembaca, pemirsa dan pendengar, yang atas pilihan pribadi dan bebas menampung informasi-informasi yang disiarkan oleh media itu. Sebab cara memilih yang tepat meminta, supaya mereka mendukung sepenuhnya segala sesuatu yang menampilkan nilai keutamaan” (IM, 9).

Katekese selalu bercermin pada pengalaman hidup umat beriman. Pengalaman perjumpaan dalam keluarga merupakan realitas konkrit untuk mengenal Guru Katekese, yakni Kristus sendiri.

Di tengah pandemi Covid 19 ini, kita memiliki peran khusus dalam mewartakan kabar gembira yang dimulai dari unit terkecil, yakni keluarga.

Pengalaman perjumpaan dalam keluarga hendaklah menjadi pengalaman inisiatif, kreatif dan inovatif dalam menyampaikan kabar gembira bagi semua orang. Kreatif dalam menggunakan media, inovatif dalam menyampaikan berita sesuai dengan fakta yang aktual dan inspirastif dengan pengalaman-pengalaman yang positif dan meneguhkan.

Br. Ferdianus Jelahu, MTB adalah seorang Bruder dari Kongregasi Maria Tak Bernoda (MTB) Ordo ke III Fransiskan Regular, Bantul, Yogyakarta.

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *