Press "Enter" to skip to content

BERNADINUS DHEY NGEBU: PEMIMPIN ITU MELAYANI

Share this:

Bernadinus Dhey Ngebu, SP merupakan putra dari keluarga yang terbilang sederhana. Ia lahir di Bajawa, Flores Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 27 April 1971, Berny panggilan akrabnya merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Saat ini Berny, dipercaya sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Ngada masa bakti 2019-2024.

Ini menjadi periode ketiganya, setelah pernah menjabat menjadi anggota DPRD di Kab. Ngada sejak 2004. Lalu mengundurkan diri untuk maju di konstelasi politik Pilkada Ngada 2015 sebagai Calon Wakil Bupati Ngada.

 “Tidak dibayangkan saya bisa sampai menjadi seperti sekarang, membutuhkan perjuangan panjang dan tidak bisa langsung ngegas,” canda pria yang mengidolakan politikus asal India, Mahatma Gandhi saat dihubungi katoliktimes.com. (28/5/2020).

Jenjang Pendidikan

Lahir dari rahim seorang ibunda yang berprofesi sebagai petani dan ayahanda merupakan seorang guru. Berny sendirilah dari keluarganya yang fokus sebagai anggota dewan. Selebihnya, ada yang lebih memilih sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan bekerja di jalur swasta.

Berny kecil bersekolah di Sekolah Dasar Katolik Tanalodu kemudian melanjutkan studi di SMPN 1 Bajawa.

Pasca SMP, Berny mengenyam pendidikan di Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) atau dikenal SMK St. Isidorus Boawae di Kabupaten  Nagekeo. Berny muda mulai aktif di Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).

Jenjang pendidikan tinggi ditempuhnya di Jurusan Hama Penyakit Tanaman Perguruan Tinggi, Institut Pertanian yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dengan ilmu yang didapatkannya saat SMK, Berny muda terus mengasah jiwa kepemimpinannya dengan aktif di Himpunan Mahasiswa hingga dimandatkan menjadi Ketua I Senat.

Selain di internal kampus, sejak tahun 1991 Berny muda terus mengembangkan sayap dengan aktif di organisasi ekternal kampus yakni di Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Yogyakarta.

Terjun Ke Politik

Berny menyelesaikan gelar Sarjana Pertanian pada tahun 1995, kemudian bekerja di salah satu perusahaan kelapa sawit di Palembang, Sumatera Selatan sebagai Asisten Pembina Kemitraan.

Melanjutkan karirnya, Berny bekerja di PT Profil Mitra Abadi yang terletak Tangerang Selatan. Berny ditugaskan pada Lembaga Pembinaan Petani dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) ke seluruh Indonesia.

Merasa puas sebagai perantau, Berny memutuskan kembali ke kampung halaman pada tahun 2001 dengan memberikan pelatihan kepada para petani kopi.

Unit pengolahan hasil kopinya terus berkembang menjadi koperasi. Berny sendiri mempunyai 46 kelompok tani dan Non Government Organization (NGO) Progress Nusantara yang bergerak di bidang pelatihan dan pemberdayaan petani.

Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 2003 hingga 2008, Berny menjadi Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk Kabupaten Ngada di NTT.

Berbekal segudang pengalaman karir, organisasi dan investasi sosial, Berny pun terpanggil terjun ke dunia politik. Ia bergabung ke Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Berny memilih partai besutan para kiai-kiai Nahdlatul Ulama (NU) dan para teman-teman bersarung aliran Gusdurian itu karena PKB tergolong partainya rakyat kecil.

“Saya masuk di PKB karena tertarik dengan sosok Gus Dur yang menggaungkan isu-isu pluralisme. Berbeda itu indah. Terbukti Gus Dur sering aktif terlibat sebagai pembicara di organisasi lintas iman. Saya ingat betul, saat itu Gus Dur menjadi narasumber di PMKRI St. Thomas Aquinas bersama Rm. Mangun,” kata Berny.

Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2009, Berny maju sebagai Calon Legislatif (Caleg) DPRD Kabupaten Ngada di NTT Daerah Pemilihan (Dapil) Kecamatan Bajawa dan terpilih menjadi anggota legislatif untuk periode 2009-2014. Ia menang dengan terus melakukan pembenahan dan selalu memperhatikan para petani lokal.

“Cita-cita terjun di dunia politik karena politik sendiri adalah kekuatan, jika sebagai pribadi (sendiri) akan sulit, namun ketika masuk sistem kita dapat merubah sesuatu dalam arti membuat kebijakan yang berlaku untuk masyarakat banyak (petani)” imbuh Berny.

Pemilu tahun 2014, Berny kembali menang di Pileg dari Dapil yang sama. Namun pada tahun 2015, Ia mengundurkan diri untuk maju sebagai Calon Wakil Bupati Kabupaten Ngada demi melanjutkan program-program yang berorientasi pada pemberdayaan ekonomi rakyat. Tetapi usaha dan perjuangannya belum menuai hasil.

Tidak patah semangat pada pemilu 2019 kembali Berny mencalonkan diri sebagai Anggota DPRD dari partai yang sama (PKB) di Kabupaten Ngada dan Ia pun kembali memenangi hati masyarakat.

PKB mendapatkan empat kursi dan memperoleh suara terbanyak, maka berhak mendapat jatah sebagai Ketua DPRD dan Berny ditunjuk oleh Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKB menjadi Ketua DPRD di Kabupaten Ngada hingga kini.

Pada pemilu sebelumnya, Berny mampu meraup sebanyak 1.500  suara, angka ini menjadi suara tertinggi di Kabupaten tersebut.

Berny menyampaikan tantangan saat proses pemilu kemarin adalah ketika dihadapkan pada lawan politik yang hanya menggunakan kekuatan kapital (uang) dan masyarakat yang masih pragmatis.

“Maka usaha saya bersama tim untuk mempengaruhi masyarakat supaya tidak tertarik dengan money politic adalah mengedukasi masyarakat melaui focus group discussion (FGD) baik untuk pemilih pemula maupun kelompok dewasa guna memilih wakilnya secara demokratis serta memang memilih sosok berdasarkan kompetensinya ataupun ideologi partai,” ungkapnya.

Berny menambahkan, “melawan money politic cukup sulit, umumnya para kandidat lain tidak kampanye, tetapi menjelang coblosan melalui tim “siluman” mengirim amplop dan kartu nama dengan tujuan supaya dicoblos” ucapnya.

Menjadi Ketua DPRD Ngada, cita-cita terbesar di hidup Berny tidak berlebihan yakni mampu meningkatkan taraf hidup para petani dan nelayan yang ada di kabupatennya melalui peningkatan tata cara pengolahan lahan, memperbanyak home industry, dan komoditi pertanian lainnya.

Mengingat 72% latar belakang masyarakat Ngada sebagai petani kopi. Dasar itu yang dijadikannya untuk memilih bidang pertanian sebagai jalur perjuangan Berny.

Sebagai umat Katolik, ia juga memberi teladan misalnya suasana kantor yang tidak harus kaku. “Tata protokoler menurut saya tidak perlu ada. Masyarakat bebas menyampaikan aspirasi dengan catatan sopan. Sehingga fungsi legislasi, budgeting, pengawasan dapat optimal ketika fungsi aspirasi masyarakat kita buka secara lebar,” ujar sosok yang mempunyai motto pemimpin adalah pelayan.

Selain itu Berny juga menyampaikan kebijakan prioritas pada masa kepemimpinannya ialah demi meningkatkan kapasitas anggota DPRD secara kelembagaan dan berharap DPRD bukan sebagai lembaga yang ditakuti, tetapi sebagai lembaga dan sahabat rakyat. (PC/KT)

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *