Press "Enter" to skip to content

PERJUANGAN MISIONARIS BRUDER MTB

Share this:

KATOLIKTIMES.COM – Para pendahulu kongregasi setia dalam perjuangan menjalankan tugas karya pelayanan sebagai misionaris. Mereka adalah pribadi-pribadi yang tekun dan penuh cinta dalam menjalankan tugas pelayanan.

Tampaknya kesetiaan dan ketekunan itu, bukan karena mengandalkan pribadi, tetapi bekerjasama dengan rahmat Allah, baik itu suka maupun duka.

Apa yang membuat mereka setia dan apa yang membuat mereka bertahan dalam menghadapi situasi?

Perjuangan misionaris menjadi pahlawan Kristus

Kalau sejenak menengok ke belakang, sejarah perjuangan misionaris berdirinya Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) berangkat dari keprihatinan Mgr. Johannes van Hooydonk terhadap situasi iman dan kemanusiaan di Huijbergen, Belanda.

Kiranya dua hal itu yang menjadi fokus perhatian dari Mgr. Johannes van Hooydonk: Pertama, situasi anak akibat korban perang yang melanda krisis kehidupan manusia.

Anak-anak pada saat itu mengalami krisis iman. Banyak anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian dalam hidupnya.

Kedua, secara sosial dan psikologi, banyak anak-anak kurang mendapat perhatian dari keluarganya. Karena banyak di antara anak itu orang tua mereka meninggal akibat perang.

Berangkat dari keprihatinan ini Mgr. Johannes van Hooydonk mendirikan asrama untuk mendampingi anak-anak korban perang.

Dalam proses pembinaan dan perjuangan awal anak-anak didampingi oleh salah seorang imam projo, Rektor Adrianus Neelen.

Dari tahun ke tahun, para misionaris Bruder MTB semakin bertambah. Mgr. Jan Pasificus Bos, OFMCap mengundang Bruder MTB datang ke Indonesia.

Sekilas memperkenalkan secara singkat mengenai lima bruder misionaris dari Belanda yang datang ke Indonesia.

Lima misionaris pertama datang ke Indonesia adalah Br. Canisius van der Ven MTB, Br. Maternus Brouwers MTB, Br. Serafinus van Tilburg MTB, Br. Longinus van Spreeuwel MTB dan Br. Leo Geers MTB.

Kehadiran lima bruder ini berpengaruh pada perkembangan pendidikan awal di sekolah dan asrama.

Yang jelas tujuan perjuangan misionaris datang ke Indonesia adalah membawa ‘angin baru yang menyegarkan’ bagi kehidupan iman umat di Indonesia, khususnya di tanah misi Borneo, Kalimantan Barat.

Apa yang sudah diperjuangkan oleh para pendahulu Kongregasi masih menjadi titik tolak bagi para Bruder MTB sampai saat ini.

Titik tolaknya adalah nilai-nilai keutamaan hidup para misionaris menjadi contoh bagi hidup para bruder selanjutnya.

Misalkan saja menjadi pembina asrama yang tekun dan setia, menjadi guru yang teladan bagi peserta didik dan masih banyak lainnya. Hidup yang sungguh-sungguh berlandaskan penghayatan Injili.

Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda mengembangkan karya misi lewat pendidikan, baik secara formal (sekolah TK-SMA) maupun pendidikan nonformal (asrama, pastoral, rehabilitasi kusta, JPIC).

Para Bruder pendahulu menyadari bahwa karya-karya itu menjadi bagian utama dalam mendidik pribadi-pribadi manusia yang berguna bagi Gereja, masyarakat, dan bangsa.

Para pendahulu Kongregasi Bruder MTB mengalami pasang surut dalam melaksanakan karya misi. Mereka harus beradaptasi dengan tradisi dan budaya baru.

Tradisi dan budaya menjadi pergulatan bagi para misionaris dari Belanda. Ada kesadaran bahwa pendekatan lewat budaya dan tradisi adalah pengalaman semakin mengenal Kristus dalam budaya setempat.

Para Misionaris Bruder MTB berjuang untuk menjadi saksi Kristus lewat karya pelayanan budaya setempat.

Yang jelas misi hidup pertama dan utama adalah melaksanakan karya Kristus. “Dia yang tugas perutusan, kita yang melanjutkan adalah ‘SAKSI’ istimewa. Demikian dikatakan dalam Kitab Wahyu.

Perjuangan Para misionaris layak disebut sebagai pahlawan misi karena berjuang demi iman, misi kemanusiaan dan keutuhan ciptaan.

Di sela tantangan yang dihadapi, mereka tetap setia dalam menjalani panggilan. Apa yang mendasari semua itu? Komitmen untuk melanjutkan karya Misi Kristus adalah tugas yang tak bisa ditinggalkan.

Tujuan karya pelayanan itu adalah menyelamatkan jiwa-jiwa (helping souls). Di samping sebagai pahlawan misi, para misionaris juga menjadi pemimpin bagi umat, entah di sekolah maupun dibidang karya lainnya.

Penghayatan nilai Injil menyentuh kehidupan sosial masyarakat. Itulah wujud konkret dari iman.

Iman diwujudnyatakan dengan sikap pelayanan yang tulus, memberi diri bagi sesama. Tanpa harus menyusun kata-kata yang indah, tetapi dengan cara bertindak yang tulus dan bertanggungjawab bagi perkembangan moral manusia.

Pemimpin yang melayani

Hal yang sederhana dilakukan oleh Para Bruder dalam kehidupan sehari-hari di asrama, yakni membangun anak-anak, melatih bekerja (mengepel, membersihkan kamar mandi, manyapu, dll).

Pemimpin mengenal situasi konkret kehidupan di asrama, sehingga mengenal dengan baik tentang kebutuhan anak-anak. Pada akhirnya memunculkan sikap kepedulian, pemimpin yang mau mengorbankan waktu, tenaga.

Para misionaris kongregasi sangat tekun dan setia untuk menjalani karya misi ini.

Misi yang menyentuh kehidupan konkrit. Melayani dengan penuh ketulusan dalam peristiwa konkrit sehari-hari. Sosok pemimpin seperti yang mau menjadi teladan bagi saat ini?

  • Pemimpin yang menjadi teladan. Pemimpin yang mau terlebih dahulu memberikan contoh kepada anggotanya.

    Teladan yang mampu menyentuh hati bagi banyak orang. Teladan harus menjadi pilihan utama sikap seorang pemimpin. Pemimpin yang memberikan contoh terlebih dahulu dari pada perintah (example is better than prespec).

  • Pemimpin yang rela berkorban. Para pendahulu Kongregasi Bruder MTB menyemat semangat rela berkorban, ketekunan dan kesederhanaan menjadi prioritas dalam menjalani karya hidup sehari-hari.

    Hal sederhana mereka lakukan adalah menjadi pembina asrama yang tekun, rela berkorban bagi-anak asrama. Mereka tidak pernah mengabaikan anak –anak didikan. Setia untuk mendampingi bila menghadapi persoalan. Kenangan itu yang tersemat dihati para anak didikan mereka.

  • Setia untuk menjalin relasi dengan Tuhan. Relasi dengan Tuhan merupakan tujuan utama hidup para misionaris.

    Para Bruder pendahulu sangat setia untuk mendoakan doa rosario. Kemanapun mereka pergi, mereka selalu menyempatkan diri untuk berdoa rosario.

Gereja dan karya pelayanan

Karya Kongregasi Bruder MTB merupakan karya Gereja. Lewat karya Kongregasi ini Kerajaan Allah bertumbuh dan berkembang dalam kehidupan menggereja.

Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda memiliki orientasi dalam mengembangkan karya lewat pelayanan karya pendidikan formal maupun non formal, karya pastoral, karya sosial, dan lain sebagainya.

Bila kita mengacu pada Visi Kongregasi Bruder MTB kita adalah hamba Tuhan yang mau melakukan karya Allah di tengah arus globalisasi.

Visi merupakan sebuah orientasi dan pengharapan yang mau kita capai. Ketercapaian itu tentu membutuhkan kerja keras, membutuhkan komitmen, serta tanggung jawab dalam mengembangkannya.

Visi Kongregasi membantu semakin sadar dalam mengembangkan karya Misi Kristus. Terwujudnya Kerajaan Allah lewat masing-masing bidang karya pelayanan.

Visi Kongregasi Bruder MTB adalah Hidup Sebagai Menjadi Hamba Tuhan dalam Mewujudkan Kerajaan Allah dalam Persaudaraan Injili. Ini mengacu pada harapan.

Dalam harapan itu kita berusaha untuk mengarahkan hidup bagi karya keselamatan Allah. Sedangkan misi Kongregasi bruder MTB adalah dijiwai oleh semangat kesederhanaan dan kepercayaan dalam menaggapi situasi zaman, para Bruder MTB, mau:

1). Menjadi saudara bagi yang lain dengan membangun persaudaraan sejati yang menjunjung tinggi martabat manusia,

2). Memberi pelayanan yang memberdayakan mereka yang miskin dan lemah, khususnya lewat pembinaan kaum muda.

Kedatangan misionaris di Indonesia, khususnya di tanah Borneo, Kalimantan Barat pada 10 Maret 1921 merupakan misi untuk membawa kabar sukacita.

Kabar sukacita yang membangun prikemanusiaan dan menjiwai kepribadiaan lewat pendampingan kaum muda dan karya-karyanya (pendidikan, asrama, pastoral, dll).

Karya itu tidak terlepas dari peran Kristus yang meneruskan hingga saat ini. Meski harus berjalan jatuh bangun. Tentu bukanlah hal yang mudah.

Sebagaimana Kristus dan ketiga muridnya ketika menampakkan diri di atas Gunung Tabor. Petrus ingin agar tetap tinggal di atas gunung itu, tetapi Yesus mengatakan tidak.

Kita harus segera turun menuju ke Yerusalem (Mat 17:1-12, Mrk 9:2-13, Luk 9:28-36). Perjalanan menuju Yerusalem adalah jalan penderitaan-Nya dan syarat-syarat mengikuti-Nya (Mat 16:21-28).

Perjalanan misionaris tidak saja soal ke-enakkannya, tetapi juga ada rasa kepahitan. Kira hidup mereka juga berpedoman pada peristiwa perjalanan hidup bersama Kristus dan karya pelayanan yang berpuncak pada penyaliban.

Bagi kaum muda yang ingin bergabung bersama kami, bisa cek lewat website kongregasi bruder MTB, atau bisa kontak langsung dengan lewat melalui nomor Tlp, 0274-379101 (Novisiat Alverna MTB, Yogyakarta)

Br. Ferdianus Jelahu, MTB adalah seorang Bruder dari Kongregasi Maria Tak Bernoda (MTB) Ordo ke III Fransiskan Regular, Bantul, Yogyakarta.

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *