Press "Enter" to skip to content

YOHANES HANDOJO BUDHISEDJATI: USIA SAYA SUDAH SENJA, KAPAN LAGI AKAN BERBUAT

Share this:

KATOLIKTIMES.COM – Yohanes Handojo Budhisedjati lahir di Semarang 64 tahun lalu, tepatnya pada tahun 1956. Kini ia menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Vox Populi Institute (Point) Indonesia.

Sedari kecil hingga SMA, Handojo mengenyam pendidikan di Sekolah Katolik. Setamat SMA, Ia masuk ke fakultas hukum di Universitas Gajah Mada (UGM) di Yogyakarta.

Yohanes Handojo Budhisedjati Dalam Karir

Yohanes Handojo masuk dunia kerja pada tahun 1981. Ia kali pertama bekerja sebagai salah seorang staf di perusahaan multinasional Joint Venture dibagian Human Resources.

Pasca 1990, Handojo masuk ke dunia konglomerasi yakni perusahaan swasta nasional yang memiliki induk perusahaan (parents) dan membawahi beberapa anak perusahaan (subsidiaries).

Menurutnya, sering kali sebuah perusahaan konglomerasi memiliki multi industri bisnis yang mereka jalani.

Menjelang akhir tahun 1997, Handojo berada di puncak karir hingga berhasil menduduki posisi  direktur. Sampai kini, ia masih menjabat sebagai Direktur Utama di salah satu perusahaan milik First Borneo Group.

Sebelumnya Yohanes Handojo juga pernah berkarya berbagai perusahaan seperti PT Caltex Pasific Indonesia, Salim Group, Napan Group, Mayora Group dan perusahaan Mulia Group.

Yohanes Handojo Budhisedjati Dalam Organisasi

Sejak SMA, Handojo muda sudah aktif berorganisasi. Mulai mengembangkan jiwa kepemimpinan serta belajar jurnalistik fokusnya. Sehingga menjadi wajar hingga detik ini Handojo masih konsisten pada skill menulisnya.

Aktif di organisasi kemahasiswaan termasuk Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) dan Senat di perguruan tinggi tempatnya menuntut ilmu di UGM, jiwa leadership-nya tak kunjung padam.

Pertama sekali Yohanes Handojo adalah salah seorang pendiri Perkumpulan Sumber Daya Rasuli (SUDARA).

Ini merupakan kelompok referensi profesional Sumber Daya Manusia dibangun atas dasar semangat spiritualitas Kristiani.

Handojo juga bergabung sebagai pengurus di Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI). Forum ini fokus mewadahi keterlibatan umat Katolik pada kegiatan politik.

Lahir tak lepas dari keprihatinan Romo Mangunwijaya, Pr. yang melihat minimnya partisipasi umat Katolik dalam aktivitas politik.

Padahal dalam sendi kehidupan merupakan bagian penting dari keputusan politik.  

Handojo lebih menginginkan banyak orang yang terjun ke dunia politik dibanding dirinya yang hanya seorang.

KETUA UMUM DPN VOX POINT INDONESIA, YOHANES HANDOJO BUDHISEDJATI (Ist)

”Saya dapat saja menjadi Anggota DPR, akan tetapi hanya seorang. Jika saya menghidupkan Vox Point Indonesia dan mengedukasi orang-orang untuk sadar dan berkenan menjadi panggilan (Politik, Pemerintah, bidang lainnya) saya berarti telah berupaya menduplikasi banyak Handojo” ujarnya.

Dalam kacamatanya, semua memiliki pilihan dan pilihannya ialah ingin melahirkan banyak politisi Katolik.

“Saya tidak berpolitik praktis. Saya lebih suka menjadi guru. Usia saat ini sudah terlambat jika harus mengedepankan diri, saya lebih ingin mengayomi, memberi nasihat, melatih,” papar Handojo.

Sabtu 12 Maret 2016 Organisasi Vox Point Indonesia resmi dideklarasikan. Yohanes Handojo Budhisedjati lahir sebagai Ketua Umum.

“Vox Point Indonesia ini datang dari berbagai latar belakang, ada politisi, pengusaha, aktivis HAM, pegiat Gereja, akademisi, birokrat, purnawirawan TNI/Polri, pekerja media. Sehingga kami harapkan wadah ini bisa menjadi titik temu yang baik sebagai wadah refleksi bersama di bawah terang iman katolik untuk merespon situasi-situasi di masyarakat,” beber Handojo.

Ia tegaskan pula, Vox Point Indonesia hadir dengan usaha memenuhi ruang publik dengan suara-suara konstruktif-solutif.

Handojo terus melebarkan sayap perjuangannya melalui Vox Point Indonesia ke seluruh daerah tanah air.

Kini, organisasi awam Katolik sudah hadir di 19 provinsi Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang beberapa daerah diantaranya DKI Jakarta, Banten, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Lampung, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, Papua, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Utara dan 65 kabupaten/kota. 

Lebih lanjut, Handojo ingin organisasi ini menjadi gerakan yang mampu membangun kesadaran di internal Gereja Katolik di Indonesia terutama kaum awam supaya dapat proaktif dalam kegiatan kehidupan sosial politik di kancah nasional.

Handojo berharap Vox Point Indonesia tidak hanya menjadi perhimpunan yang ikut-ikutan ramai di ruang publik, tetapi wadah yang benar-benar menjadi “VOX”, maksudnya suara yang tidak hanya sekedar membuat gaduh atau bising suasana tetapi suara yang menggerakan dan membawa perubahan.

Pada periode kedua ini, Handojo mengajak seluruh pengurus di setiap DPD dan DPW serta anggota Vox Point Indonesia untuk berkomitmen terus melangkah memperjuangkan visi misi Vox Point Indonesia dalam spirit iman Katolik.

Sebab, kata dia, “Vox Point Indonesia adalah organisasi yang lahir dari rahim Gereja Katolik yang direstui oleh hirarki Gereja Katolik. “Karena ini organisasi awam Katolik, maka landasan dasar kami adalah iman Katolik,” tegas Handojo.

Pada tahun 2017 awal, Vox Point Indonesia sendiri telah mendirikan Yayasan Tegar yang bergerak di bidang pendidikan bersama-sama dengan Komunitas SUDARA.

Sejalan dengan itu, Vox Point Indonesia sebagai induk organisasi juga fokus ke persoalan perundang-undangannya mengenai blue print pendidikan di Indonesia.

“Kita juga wajib memberikan dan membagi pengetahuan melalui seminar dan dialog politik,” tegasnya.

Sebab banyak orang masih berpresepsi bahwa politik itu kotor, padahal jika disadari semua yang kita lakukan adalah bagian politik. Dunia kerja pun ada politik semisalnya di lingkungan kantor.

Handojo mencontoh bahwa dahulu Yesus pun menjadi korban politik. Yesus mengalami disalib akibat dari kebencian politik.

Umat Katolik harus mulai sadar bahwa politik tidak buruk, akan tetapi “oknum-lah” yang salah menggunakan kekuasaannya. Maka mengabdikan diri demi kesejahteraan bersama (Bonum Comune) dan tidak menjadi minority major di tengah taman Indonesia.

Ia berkeyakinan “jika kita mau berperan mengambil bagian, dunia politik akan indah karena di dalamnya orang tulus berbakti” ucapnya.

Sebagai lembaga kaderisasi, Vox Point Indonesia harus mampu menjadikan orang yang tidak tau apa-apa tentang politik sampai mampu memahami apa itu politik.

Vox Point Indonesia juga memberikan pembelajaran dan pengkaderan seperti Rekoleksi Politik (Rekpol) yang berisi tentang Ajaran Sosial Gereja (ASG) dan pengetahuan politik serta pengkaderan mengenai Bela Negara.

Lebih lanjut, Ia menerangkan bahwa seorang kader akan menjadi baik jika ditopang oleh Negara yang sejahtera. Negara sejahtera jika didukung oleh regulasi-regulasi, baik regulasi dunia usaha ataupun ketenagakerjaan.

Sebagai lembaga kajian, Vox Point Indonesia harus melihat apa yang menjadi permasalah di setiap daerah untuk dikaji, kemudian bersama dicarikan solusinya.

Mengembangkan Nilai-Nilai Kebangsaan” menjadi tagline Vox Point Indonesia dalam Penguatan Pancasila. Karena saat ini menurut Handojo pengamalan Pancasila hanya sekedar manis dibibir ditambah tidak ada mata pelajaran Pancasila setelah orde reformasi.

Vox Point Indonesia bercita-cita menghidupkan kembali falsafah hidup berbangsa, tidak hanya di literatur-literatur. Tetapi implementasi dalam kehidupan sehari-hari.

Kehadiran Vox Point Indonesia di 19 provinsi menjadi bukti keseriusan DPN untuk menjawab panggilan nurani dalam rangka memperjuangkan nilai-nilai kebangsaan.    

Itulah fokus yang akan Vox Point Indonesia dalami sebagai usaha membaktikan diri bagi gereja dan bangsa serta sebagai implementasi dari Empat Konsensus Dasar dalam bernegara yaitu NKRI, UUD 1945, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika.

Cita-Cita Yohanes Handojo Budhisedjati

Cita-cita mampu menjadi sahabat bagi semua orang, bahwa perbedaan merupakan sebuah keniscayaan.

Indonesia yang kaya akan keberagaaman (etnis,suku,bahasa,agama,adat istiadat). Sebagai cermin Indonesia dengan segala perbedaan sebetulnya menginginkan taman yang indah bagi Indonesia.

Kita tidak pernah berfikir bahkan Tuhan pun sebagai manusia tidak akan menyangka pengikutnya tak terhingga.

“Saya ingin menyatakan bahwa kita bekerja pada saat ini berdasarkan apa yang dibutuhkan oleh gereja dan bangsa. Mari kita upayakan dan tekuni,” tandasnya.

Baginya di usia menjelang senja, dikaruniai 2 putra dan 1 putri menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri sebagai anugerah Yang Maha Esa. “Usia saya sudah senja, kapan lagi akan berbuat” ujar Handojo.

Cita-cita dalam hidup saya hanya bagaimana dapat bermanfaat bagi orang lain. Sehingga suatu saat nanti Vox Point akan menjadi referensi pemerintah manakala berbicara orang Katolik yang akan terjun ke dunia politik.

Tantangan membesarkan Vox Point Indonesia tentu tak semulus yang dibayangkan.

Ia mencontoh ibarat “jika sebagai tukang kayu yang melihat banyak paku yang terpaku di kayu, dan terdapat paku yang sedikit menonjol dibanding yang lain. Yang akan dilakukan adalah merapikan kembali paku tersebut dengan cara mengetoknya. Maka harus diperjuangkan seiring niat baik dalam berkarya” ucap Handojo.

Selama pandemi Covid-19, Vox Point Indonesia juga aktif mengadakan baksos dengan kemandirian usaha yang bisa dilakukan kemudian bersinergi dengan pemerintah sebagai usaha membantu masyarakat prasejahtera seperti yang baru dilakukan bersama Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Agung Jakarta. (pc/kt)

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *